SUARABMI.COM - Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa pantai selatan-barat dari Taiwan adalah zona potensi tsunami, setelah mengungkap misteri seputar tsunami yang terjadi di sana pada abad ke-18.
Gelombang raksasa yang paling dahsyat yang pernah dilaporkan di Laut Cina Selatan, menewaskan lebih dari 40.000 orang ketika melanda antara tahun 1781 dan 1782.
Para ilmuwan dari Nanyang Technological University Earth Observatory of Singapore (EOS) sekarang telah menemukan bahwa hal itu mungkin disebabkan oleh longsor bawah laut di bagian atas lereng benua lepas pantai barat daya dari Taiwan. Hal ini kemungkinan dipicu oleh gempa bumi.
[post_ads]
Asisten Profesor Adam Switzer dari EOS yang mempinpin penelitian tersebut memperingatkan bahwa peristiwa serupa bisa terjadi di kawasan pesisir seperti Khaosiung dan Tainan, dimana kota ini memiliki populasi lebih dari 4,5 juta jiwa.
Temuan tim diterbitkan awal bulan ini di Geophysical Research Letters, sebuah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh American Geophysical Union. Longsor bawah laut menghancurkan sedimen di lereng curam di dasar laut. Mereka bisa copot oleh gempa bumi, menggusur volume besar air ketika longsor terjadi yang berpotensi tsunami.
Yang terbaru, pada tahun 2006 adalah gempa 7,1 SR di lepas pantai selatan Taiwan, yang menyebabkan longsor bawah laut yang rusak beberapa kabel bawah laut, mengganggu layanan Internet dan telekomunikasi di seluruh Asia Timur. Gempa bumi yang juga memicu tsunami, tetapi hanya dari ketinggian sekitar 40cm.
[post_ads_2]
Para ilmuwan mengatakan sulit untuk memprediksi kapan sebuah bencana tsunami akan terjadi. Berdasarkan sejarah, gempa bumi dan tsunami yang pernah terjadi sebelumnya bisa memicu hal serupa di kemudian hari.
"Bisakah hal itu terjadi lagi? Tentu saja. Apakah itu terjadi besok atau dalam 100 tahun ke depan? Saya tidak dapat memprediksinya," kata Prof Switzer. "Tapi ada bahaya yang sangat jelas bahwa wilayah itu akan mengalami gempa berkekuatan 7SR yang dapat memicu terjadinya longsor bawah laut yang berpotensi tsunami." lanjut Prof Switzer.
Namun, taiwan telah mempersiapkan diri untuk mencegah bencana tersebut dengan membangun emergency cooling towers dan meningkatkan ketinggian dinding laut di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Maanshan. Pada bulan lalu di daerah tersebut pernah di uji coba kinerja alarm anti tusnami agar masyarakat familiar dengan hal ini dan juga sebagai pendidikan dini untuk masyarakat. Dimana ketika terjadi gempa masyarakat di himbau untuk mencri tempat yang lebih tinggi sebagai prosesi penyelamatan dini. Demikian penjelasan Prof Switzer dari Asian School of the Environment
sumber: straitstimes,com