Nol Keberangkatak Sejak Bulan Maret Lalu, Calon TKI Asal Indramayu Pusing Kalau Gak Bisa Segera Berangkat, Sedang Kebutuhan Harian Tak Bisa Dibendung


SUARABMI - 
Selama Covid-19 merajalela, keberangkatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Indramayu ke luar negeri nihil alias nol. 

Berbanding terbalik dengan masih tingginya antusiasme warga setempat. Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Kabupaten Indramayu, Juwarih mengatakan, masyarakat Kabupaten Indramayu tak bisa bekerja di luar negeri pasca pandemi ini. 

Padahal, keinginan mereka masih tinggi. "Minatnya masih tinggi, tapi mereka tak bisa berangkat karena kondisi di Indonesia belum bisa mengirim tenaga kerja ke luar negeri. Negara luar juga belum bisa menerima," ungkapnya. 
[post_ads]
Imbasnya, warga terpaksa nganggur dan berharap pengiriman PMI segera kembali dibuka. Dia menyebutkan, dorongan kebutuhan hidup menjadi faktor utama yang mendorong minat masyarakat Indramayu untuk bekerja ke luar negeri. 

"Di Indramayu minim lapangan pekerjaan, sedangkan kebutuhan hidup harus tetap terpenuhi," katanya. 

Selain alasan ekonomi, faktor lain berupa fenomena kecumburuan sosial. Warga yang melihat tetangganya sukses setelah bekerja di luar negeri, lantas merasa ingin mengikuti jejak itu. 

Faktor lain berupa iming-iming gaji besar di luar negeri. Jumlahnya dinilai ebih besar dari gaji di dalam negeri. 

"Mereka bisa beli kendaraan, bangun rumah, beli sawah, kalau bisa bekerja di luar negeri," tuturnya. 

Kepala Bidang Penempatan Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Indramayu, Johar Manun menyatakan,tak ada keberangkatan PMI sejak sekitar Maret 2020 akibat Covid-19. "Tiada ada PMI yang ke luar negeri bekerja sejak Maret," ujarnya. 
[post_ads_2]
Secara umum, Kabupaten Indramayu sendiri menjadi daerah terbanyak di Jawa Barat yang mengirim PMI. 

Rata - rata 22.000 warga Kabupaten Indramayu berangkat ke luar negeri, seperti Singapura, Jepang, Hongkong, dan Taiwan. Jumlah PMI diprediksi lebih banyak bila mengingat adanya pekerja yang pergi ke luar negeri melalui jalur ilegal. 

Berangkat tanpa sepengetahuan otoritas terkait setempat dan tanpa prosedur resmi, keberadaan mereka pun tak mudah untuk dideteksi. 

Menurutnya, antusiasme warga bekerja di luar negeri karena tak menuntut pendidikan tinggi, khususnya pada sektor informal. 

Lulusan SMP, misalnya, sudah bisa bekerja di luar negeri dan dapat gaji cukup tinggi. Pihaknya selama ini terus menyosialisasikan kepada warga yang ingin bekerja di luar negeri untuk menempuh prosedur resmi demi beroleh perlindungan selama bekerja. Untuk ini, pihaknya bahkan berencana jemput bola.

ayocirebon
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال