Hongkong
Kata Isnaini TKW Asal Kendal yang Jalankan Puasa di Hongkong, Ketatnya Prokes Tak Jadi Halangan, Lebih Berat Dari Tahun Tahun Lalu
Rifai
Hongkong, suaraBMI - Menjalani ibadah puasa di luar negeri, dan di tengah pandemi, jadi hal luar biasa yang dialami Isnaini (26) warga Bulak, Rowosari, Kabupaten Kendal.
Isnaini merupakan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang kini menetap di Yuen Long sebuah wilayah di Hongkong.
Perbedaan kultur budaya, dan pengetatan protokol kesehatan di Hongkong, menjadi pengalaman tersendiri dalam menjalankan ibadah puasa.
Menurutnya, hal paling terasa ketika menjalankan ibadah puasa adalah pembatasan yang diberlakukan pemerintah Hongkong.
"Di sini sangat ketat, kalau sebelum pandemi bisa buka bersama, dan Shalat Tawarih, sekarang tidak bisa. Karena untuk berkumpul dibatasi hanya 4 orang," jelasnya kepada Tribunjateng.com, melalui sambungan telpon, Sabtu (17/4/2021).
[post_ads_2]
Meski demikian, Isnaini tetap bersyukur, karena dengan mematuhi protokol kesehatan, ia terhindar dari penularan Covid-19.
"Meski diperbolehkan berkumpul tapi hanya 4 orang, itu pun jaga jarak. Beda sebelum pandemi, kami bisa berkumpul berbuka puasa bersama orang-orang Indonesia. Tapi saya bersyukur, mungkin kalau tidak mematuhi protokol kesehatan sudah tertular Covid-19," ucapnya.
Dilanjutkannya, peraturan pemerintah Hongkong sangat ketat dan wajib ditaati untuk kebaikan bersama.
"Alhasil kalau biasanya banyak acara pengajian, sekarang tidak diperbolehkan, karena ada potensi berkumpul," jelasnya.
Menyoal menjalankan Shalat Tarawih berjamaah di tengah pandemi, Isnaini mengatakan cukup kesulitan.
"Cukup sulit bagi pekerja yang stay in, atau tinggal bersama majikan di Hongkong untuk menjalankan Shalat Tarawih. Apa lagi yang jauh dari Masjid seperti saya, tapi bagi pekerja yang stay out atau tinggal di kos masih bisa berjamaah," tuturnya.
[post_ads_2]
Wanita 26 tahun yang sudah bekerja di Hongkong selama 4 tahun itu juga menceritakan pengalamannya saat berbuka dan sahur.
"Saat buka biasanya saya masak sedikit banyak, lalu disimpan di kotak makan. Jadi saat saur tinggal dihangatkan di microwave. Kalau tidak saya beli makanan untuk buka, biasanya saya beli makanan di toko Indonesia yang ada di sini," paparnya.
Ia menambahkan, beberapa orang di Hongkong sedikit mengerti tentang puasa, dan tidak diperkenankan umat Islam untuk makan dan minum saat menjalankannya.
"Tapi tidak semua bisa bertoleransi karena posisi saya bekerja ikut orang yang mayoritas non muslim. Kadang mereka takut kalau saya pingsan atau sakit karena tidak makan dan minum. Meski demikian, saya coba jelaskan apa tujuan puasa bagi umat Islam," tambahnya.
detiknews