Setelah lebih dari dua bulan terkatung-katung, jenazah seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) bernama Suprihatin (44) akhirnya bisa dipulangkan ke kampung halamannya di Blitar, Jawa Timur. 

Adapun Suprihatin telah bekerja di Taiwan selama dua tahun sebagai pembantu rumah tangga. Kedatangan jenazah Suprihatin di Desa Babadan, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar disambut oleh sang suami Sumanto dan kedua anak mereka, Rizky serta Salsabila, Selasa (23/11/2021). 

"Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Kesedihan karena kehilangan kami, terutama anak-anak, tidak dapat tergambarkan. Tapi setidaknya sekarang Salsabila tidak lagi bangun tengah malam dan menangisi ibunya," kata Sumanto, Sabtu (27/11/2021).

Sumanto mengatakan, saat peti mati sang istri tiba, dia menguatkan hati untuk memastikan jasad di dalamnya. Sedangkan kedua anaknya, Rizky (14) dan Salsabila (12), hanya mampu memegangi peti mati ibunya dengan berlinang air mata.
[post_ads]
Di hari itu juga, jasad Suprihatin dishalatkan oleh pihak keluarga, kerabat dan tetangga, serta dikuburkan di pemakaman umum Desa Babadan.

Sumanto menceritakan, dua tahun lalu ketika Suprihatin berangkat, Salsabila baru duduk di bangku kelas V SD. 

Ketika Salsabila lulus SD dan masuk SMP, Suprihatin hanya dapat mengikuti momen-momen penting anak gadisnya yang mulai menginjak remaja itu melalui telepon dan WhatsApp. 

Meski demikian, kata Sumanto, Salsabila masih ingin menyampaikan banyak hal dan ingin bertemu dengan sang ibunda. 

Kesediaan ibunya untuk segera pulang sungguh dinantikan Salsabila. Akhir 2021 ini, seharusnya Suprihatin sudah dapat mengakhiri kontrak kerjanya dan pulang. 

"Saya sudah mewanti-wanti agar dia segera mengakhiri kontrak kerjanya dan pulang, terlebih saat dia mulai mengeluhkan sakit," kata Sumanto.

Dia sempat keluar rumah sakit ketika sudah membaik, namun seminggu kemudian Suprihatin kembali dilarikan ke rumah sakit. 

Kata Sumanto, ketika itu Suprihatin sudah setuju untuk segera memroses kepulangannya begitu kondisi kesehatan memungkinkan. Dalam penantian kabar kondisi kesehatan istrinya, Sumanto menerima telepon dari pihak perusahaan jasa pemberangkatan TKI pada 17 Septembe3 2021. 
[post_ads_2]
Suprihatin telah meninggal di rumah sakit karena serangan jantung dan tekanan darah tinggi. "Saya seperti tersambar petir, tak menyangka dia pergi secepat ini," tutur Sumanto.

Sumanto mengatakan, pihak Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Dinas terkait, pihak perwakilan pemerintah Indonesia di Taiwan, dan pihak agensi juga bersedia mengiringi kedatangan jenazah Suprihatin hingga ke rumahnya di Blitar. 

"Kami sekeluarga mengucapkan banyak terima kasih," ujarnya. Kini, tambah Sumanto, tersisa barang-barang berharga milik Suprihatin yang ternyata tidak ikut dikirim bersama pengiriman jenazah.

Barang-barang itu, antara lain buku tabungan, sertifikat tanah, dan surat nikah. "Tidak tahulah itu nanti bagaimana, yang penting jenazah sudah pulang," ujar Sumanto.

kompascom, foto ilustrasi