Taiwan sudah buka? ya jawabannya ya sudah buka, tapi untuk proses pemberangkatannya memang masih sangat susah sekali baik itu terkendala biaya dan juga syarat yang harus dipenuhi.

Hari – hari ini memang sudah ada yang berangkat ke Taiwan, namun itu hanya stok PMI lama yang sudah pernah dapat majikan dan dibatalkan karena kebijakan penutupan Taiwan tahun lalu.

Beranjak membaik namun kebijakan dari Indonesia terkait zero cost juga menjadi kendala ditengah kendala yang ada saat ini. Pengakuan dari salah satu laose agensi di Taiwan, banyak sekali yang ingin daftar namun tidak bisa diproses karena berbagai kendala tersebut.

“Banyak sekali yang mau proses, untuk pemula, banyak banget yang mau daftar, namun PT juga belum buka sepenuhnya, kalaupun sudah buka mereka itu pun cuman mengurus yang sektor formal atau pabrik, bisa daftar tapi juga tidak bisa ID untuk saat ini” Ungkap Mixuer, salah satu penerjemah di Taiwan.

Menurut wanita yang pernah bekerja di PJTKI dan saat ini di agensi Taiwan ini, PT hanya bisa memproses biodata dan pemasaran ke majikan saja.

“Daftar kemudian di biodata kemudian medical, tapi untuk proses ID nya belum bisa sampai sekarang” Ungkapnya.
[post_ads]
Ia menjelaskan, bagi yang sudah pernah daftar sudah pernah mendapat visa dan majikan, kemungkinan akan berangkat dalam waktu dekat namun butuh kesabaran.

“Untuk yang pernah daftar, pernah ID dan pernah mendapat visa, itu prosesnya akan lanjut. Agensi tetap membantu dan memberangkatkan jika ada pemberangkatan. Hanya antri untuk mendapatkan hotel karantina, tapi kuotanya terbatas” Ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan dalam video di youtubenya, Mixuer, proses interview dengan majikan pun saat ini dilakukan melalui video call dimana calon PMI berada dirumah masing masing.

“Interviewnya lewat video call, calon PMI masih ada dirumah masing – masing, kalau majikan bersedia mengambil ya dilanjut, agensi sama PT yang menyediakan dan membantu pemberangkatan” Ungkapnya.

Namun ada fakta menarik dari pengakuannya, dimana banyak majikan yang merasa keberatan dengan biaya yang tinggi untuk merekrut PMI, karena biaya itulah banyak majikan yang akhirnya mengurungkan mengambil pekerja migran asal Indonesia.

“yang sudah ID menunggu dirumah, kalau biodata sudah di Taiwan tetap akan dipasarkan ke majikan, Saya beberapa minggu lalu pernah ambil beberapa biodata, disetorkan ke majikan dan interview. Jadi yang sudah ID prosesnya bisa cepat tinggal proses selanjutnya kayak visa sudah bisa dan buka” Tuturnya.

Namun ada kekawatiran juga yang dirasakan oleh agensi, “Sekarang yang kita kawatirkan, kemarin dapat informasi dari Indonesia, ternyata mereka yang mau berangkat kesini itu, biaya untuk mengambil 1 orang PMI itu sangat mahal ya, majikan harus mengeluarkan biaya sekitar 80ribu 90 ribu NT, minimal 75ribu sampai 85ribu NT. Saya dengar dari kantor, sekarang banyak majikan yang berminat mengambil PMI dibatalkan lagi, karena biayanya yang segitu banyaknya” Ungkapnya.
[post_ads_2]
Perlu diketahui, besaran biaya itu salah satunya untuk proses biodata, biay atest swab yang dibebankan kepada majikan, karantina 14 hari yang wajib ditalangi majikan terlebih dahulu sebelum diganti pemerintah, dan karantina mandiri 7 hari majikan wajib menggaji walaupun mereka belum bekerja.

“Biaya karantina di Taiwan untuk PMI kisaran NT$1500 sampai NT$1600 perharinya, tambahan karantina 7 hari, tapi majikan wajib memberikan gaji, sekitar 3900lebih” Ungkapnya.

Selain itu ada juga biaya asuran covid yang harus ditanggung majikan. “Jadi saat ini itu majikan kembali banyak yang membatalkan, belum jadi mengambil PMI, Majikan juga ada yang berencana mengambil dari negara lain, namun kondisi pandemi dinegara lain juga parah, membuat majikan kuatir juga” Ungkapnya.

Dia juga berpesan bagi para calon PMI yang sudah berproses, untuk lebih sabar. “Kalau masih niat proses keluar negeri ya harus sabar, karena melalui proses yang begitu sulit, setiap harinya ya ada yang masuk sebenarnya tapi ya pilihan, benar benar pilihan.Di Taiwan juga sebenarnya krisis TKI, krisis tenaga kerja kekurangan banyak orang tapi meo panfa” Tuturnya.